Senin, Maret 01, 2010

Andai saja lidahku layaknya gaun!


Dalam usaha pencarian materi sekunder, tak akan sampai sadar diri mencelupkan seluruh jiwa rasio yang berisi kecerdasan yang tepat menentukan dan kebodohan yang salah memanfaatkan. Sekali mempunyai keinginan untuk berusul satu kepentingan tidak lah selalu menemukan jawaban dalam bulatnya kata sepakat.

Aku mengusulkan bahwa inilah yang salah. Kesalahan yang masif, dan ketika masifnya tak sampai mengakomodasi kaum minoritas, adalah sebuah ketidakstabilan yang muncul. Seiring materi yang terus bergerak tak akan sampai diamnya hanya menjadi sebuah siklus.

Aku mengusulkan cara yang alami. Terbantahkan! Tidak ada yang alami, tidak pernah, jika yang diharapkan adalah keabadiannya fakta. Lalu aku tak bermaksud mengeja ulang lagi sebagai keraguan. Melainkan hanya itu yang bisa aku lakukan. Jangan pernah mengharapkan kekuatan dari yang alami. Terlepas dari materi kecerdasan sekunder yang dapat dipetik, karena melepaskan adalah yang selama ini disebut demikian.

Aku akan banyak membawamu ke dalam keadaan yang sama dalam gerak yang berbeda. Gerak yang abadi membawamu menuju perubahan yang abadi. Tapi aku membuatmu berpikir beda seolah tidak menyadari gerakmu sendiri wahai abadi.

Kekagumanku mengalahkan kenormalan, tapi tidak lekas saja sadar jika kenormalan terbentuk dari tindak-tindak yang sesuai norma. Aku tidak ingin membawa kedalam perubahan sesat, ketika materi menerjemahkan tindakanku sebagai abnormal.

Ini pengakhiran dan sebuah kejujuran : “Jika ingin solusi jangan pernah dengar bahasaku, kecuali bahasa gerak tangan dan kaki serta bahasa tubuhku”.

Andai saja lidahku layaknya gaun, akan aku lepas sewaktu tangis dan jerit hatiku mendapati mereka menyadang kesadaran magis dan naifnya, sehingga aku tak akan sempat hanya berbicara. Jika kurang akan ku-format otakku sehingga hanya ada program yang baru sesuai keadaan dan kepentingan yang memihak untuk raga betindak.

Tidak ada komentar: