Senin, Maret 01, 2010

Binatang yang benci pada logika (Aku Perempuan)

Aku ini binatang. Sudah jelas lah itu. Ini kenyataan dari penelitian selama dua puluh satu tahun, pengalaman diri dan keluh sesamaku padaku. Aku dan kaumku memang mirip dengan manusia, tetapi sungguh kaumku sendiri dan para manusiapun tahu betul bedanya kami.

Manusia itu suka pujian, berpikir dengan otaknya, berinteraksi dan manipulasi, dan sering juga bertindak dengan nalurinya. Ya, sama seperti aku dan kaumku. Sampai aku sadar pada hari ini aku dan kaumku adalah binatang, yang suka dipuji dan terlindungi, tanpa aku tahu apa yang aku inginkan sebenarnya, jangan pernah tanya apa mauku, karena manusia bilang aku ini pembohong tapi tolol, tapi sungguh tiada maksud aku membela kaumku, kami sendiri tak pernah tahu. Kami hanya ingin aman dan nyaman di sisi manusia.

Aku telah banyak membaca dari karya manusia-manusia hebat. Mereka jenius, aku pun tahu berbagai karya mereka yang luar biasa di kalangan mereka, walau sebatas tahu dan tak pernah mengeri isinya, cerita itu yang haru, marah, gembira, tawa, sampai realita yang tak tersurat, dari politik-hukum-ekonomi dan konspirasi tingkat tinggi tidak hanya dalam negeri bahkan seluruh dunia. Tapi aku tahu pasti aku takkan sanggup seperti para manusia.

Pernah pun ada perjuangan kaum kami, untuk membela hak-hak kesamaan antara kaum kami dan para manusia. Ya, di negeri yang pernah dipimpin oleh kaum kami ini, pernah ada sejarahnya. Tetapi naluri kami selalu membuat kami takkan sama seperti para manusia. Sungguh aku sendiri takut untuk mengetahuinya, kami selalu beryakin utamanya, ya, hanya sebuah keyakinan dalam hati yang kami puji dalam setiap laku tindak kami. Kami kaum yang membenci logika tidak seperti para manusia, kami tak pernah bisa sampai membutuhkan bukti, karena kami tak pernah tahu apa yang kami inginkan.

“Kami memang makhluk yang kompleks, banyak manusia bingung apa sebenarnya yang kami mau. Kadang kami berkata “A”, tapi saat manusia memberikan “A” kami berubah pikiran dan menginginkan “B”, pada saat manusia memberikan “B”, kami bilang bahwa ternyata “A” lebih bagus tanpa alasan yang masuk akal. Kami tak pernah sadar. Aku tak tahu begaimana para manusia memandang kami.”

Kata manusia kaum kami suka dibohongi. Tapi aku merasa kami selalu tak pernah jujur walau pada diri kami sendiri, seperti ketika kami bilang “kami tidak suka dibohongi” …

Tidak ada komentar: