Senin, Maret 01, 2010

Di antara rasional dan logika

Waktu waras dan gila menjadi persoalan yang menarik untuk di jadikan objek perdebatan pikiran, ketika Jacob Sumarjo dalam Jeihan Ambang Waras dan Gila, saya pikir ini memang sebuah filsafat, mencari alasan bukan pembenar, karena benar dan salah adalah hasil proses berpikir manusia modern yang rasionalis, melainkan memahami secara logika tenatng kewarasan dan ketidakwarasan. Memahami adalah kebenaran yang faktuil itu di munculkan, namun saya rasa memang tidak akan lagi lepas dari rasionalitas individu semata. Secara logika adalah mampu di jelaskan mengenai rasional dan irrasional. Rasional di mana mempunyai titik berat terhadap tolak berpikir manusia modern sedangkan irrasional adalah mereka yang pra-modern, dan sebuah pikir ini adalah olah pikir manusia modern. Bagi logika dapat saja menjelaskan sebaliknya bahwa irrasional itu untuk manusia modern bila saja manusia pra modern berpikir!?, syah-syah saja.

Modern dan rasional adalah memecah, memilah-milah, menganalisis dan kemudian berusaha disatukan kembali dalam pemahaman rasional. Pemecahan dan pembongkaran bagian demi bagian. Dipahami dari analisisnya, tentang alam ini, yang ternyata ini itu, bangsa ini yang ternyata begini begitu, begitu begini. Semua tergantung dari kekutan berpikirnya, karena alat kebenran faktuil adalah kemampuan berpkir. Mencakup semua hal, tanpa batas hingga Tuhan pun menjadi objek pikiran, apa benar? Tuhan saingan manusia? Siapa?!

Menemukan bahwa kebenaran manusia modern adalah kebenaran subjektif, yang benar adalah yang dominan, yang benar adalah yang dapat mengalahkan dan menyalahkan argumentasi pikiran yang lain. Sehingga debat adalah menentukan dominasi pikiran atas publik. Benar!

Sedang yang pra-modern itu kosmosentris, meskipun tak lagi peduli terminologi, karena ini hanya pikiran modern.

Kosmosentris, adalah hidup. Manusia itu bukan apa-apa, apalagi segala-galanya, dalam pewartaan modern sering ada utuk kisah cinta. Manusia itu tak beda dengan batu, air, tanah, angin, laut, api yang panas, sungai, bintang di langit. Manusia hanya salah satu dari alam. Hidup manusia adalah mempertahankan yang ada ini, bukan untuk mengubahnya menjadi maju. Sebab manusia tak bisa mengubah apa-apa bahkan dirinya sendiri, perubahan satu-satunya adalah perubahan oleh kosmo itu sendiri, perubahan yang kodrati. Semua harus tunduk pada yang ada ini, karena dasarnya tidak ada yang mampu melawan keselarasan yang hidup yang terangkum dalam kosmo. Melanggarnya berarti merusak, jika kosmo rusak manusia juga rusak.

Ini dalam persoalan perdedatan seorang homosapiens. Dalam waras yang mengejek gila. Waras dan gila yang masing-masing mewakili masyarakat. Buka sebuah gila dan waran seorang. Ini norma sampai politiknya. Manusia sampai negaranya.

Yakinkan waras dan gila adalah kelainan. Lihat itu melalui rasional dan irrasional melalui logika. Atau apapun jika diantara Anda, saya tidak tahu tergolong yang mana. Logika.

Tidak ada komentar: